Contoh Cerita Keagamaan
Tuesday, January 7, 2020
Add Comment
Contoh Cerita Tentang Agama Hindu
Hati Monyet
Di pinggir sungai yang indah di sebuah hutan hiduplah seekor monyet yang baik hati. Banyak binatang-binatang hutan yang tidak bisa memanjat, sehingga akan meminta tolong pada monyet untuk memanjat pohon dan memetikkan buah mangga yang sangat manis aromanya. Kebetulan karena Si Monyet tinggal di pohon magga itu, jadi kapanpun dia akan sanggup untuk memetikkan buah untuk teman-temannya. Suatu ketika ada seekor buaya mencari makanan di sungai tersebut. Sampai sore dia belum mendapatkan mangsa. Ketika Si Monyet melihat si buaya, ia lalu menyapanya: "Hei kawan tampaknya kamu sedang lapar dan payah, marilah ini akan aku berikan sebuah mangga."
Si Monyet lalu melemparkan sebuah mangga yang sudah matang kepada si buaya. Setelah dicicipi ternyata magga itu sangat enak dan manis, sehingga si buaya tiap hari secara tetap mendatangi si monyet untuk minta mangga. Kedua makhluk itu menjadi semakin akrab bersahabat. Tidak jarang mereka terlihat bersenda gurau samapi berjam-jam. Pada suatu sore ketika si buaya ingin kembali pulang, si monyet memberi si buaya beberapa buah mangga lagi, dengan pesan agar diberikan kepada istrinya. Setelah istri si buaya merasakan enaknya dan manisnya buah itu lalu ia bertanya pada suaminya. "Suamiku dimanakah engkau mendapatkan buah yang semanis ini?" "Aku diberi oleh sahabat karibku si monyet. Dialah yang memilihkan buah yang terbaik untukmu", kata si buaya jantan. " Pasti, kalau begitu kawanmu itu memakan buah mangga yang manis setiap hari. Dengan demikian, maka hati monyet itu tentu lebih manis dari mangga ini. Karena sari-sari dari manisnya mangga ini telah berkumpul dihatinya si monyet", kata si buaya betina yang rakus itu.
"Apa? Untuk mendapatkan hati monyet itu berarti aku harus membunuhnya. Aku tak bisa lakukan perbuatan perbuatan yang keji itu. Temanku si monyet itu baik hati dan sangat bersahabat denganku". Kata siap buaya jantan. "Ini adalah untuk pertama kali kamu menolak keinginanku", kata si buaya betina sambil menangis tersendu-sendu, "aku yakin kawanmu itu tentulah seekor monyet betina, dan kamu mencintainya lebih dari padaku". Kata si buaya betina dengan sikap cemburu. Sungguh berat untuk mengambil keputusan antara sayang istri dan setia kepada kawan. Dengan langkah yang berat maka akhirnya si buaya jantan berenang menuju tempat si monyet, meskipun dia tahu telah berbuat salah. Tidak lama kemudian diapun sampai ditempat monyet. "Hai kawan, bagaimana keadaan istrimu, apa dia suka dengan mangga yang aku berikan? Tanya si monyet.
"Dia memarahi aku. Karena aku tidak mengundangmu untuk berkenalan dengan istriku. Dia ingin kita bisa sama-sama makan siang hari ini dirumah kami". Kata si buaya jantan. "Bagus, kawan yang baik adalah kawan yang bisa menghargai sahabatnya. Aku tentu bersedia memenuhi permintaanmu. Tapi bagaimana caranya pergi kesana. Bukankah rumahmu jauh dibawah air?" Tanya si monyet. "Jangan khawatir, istriku telah merencanakan suatu tempat yanh baik di pinggir danau. Mari cepat-cepat. Istriku telah menunggu. Ia tentu akan menyambutmu dengan gembira". Kata si buaya jantan. Si monyet tanpa curiga melompat ke punggung si buaya, dan menuju ke danau. Dalam kebimbangan hatinya ini dia akhirnya memutuskan untuk berterus terang kepada si monyet.
"Kawan setelah istriku merasakan manisnya buah mangga yang kamu berikan, istriku lalu berfikir bahwa hatimu akan lebih manis dari pada mangga itu. Kesimpulan itu didasarkan pada apa yang kamu makan sehari-hari. Karena kamu memakan mangga yang manis, maka sari-sari kemanisannya itu tentu akan tertimbun di hatimu. Istriku memaksa agar aku membunuhmu, kalau aku menolak dia akan berpuasa sampai mati", demikian penjelasan buaya jantan. Si monyet lalu berkata dengan tenang tanpa ragu-ragu. "Kawan, andai kata kamu beritahu aku sebelum kita berangkat tentu keinginan istrimu dengan mudah aku kabulkan. Ketahuilah aku mempunyai dua hati, sebuah diantaranya yang aku pakai kalau sedang berpergian dan yang satu lagi jauh lebih manis aku pergunakan setiap aku nemakan buah mangga itu. Kini hati yang manis itu aku simpan di lobang pohon mangga itu. Mari kita kembali mengambilnya agar istrimu betul-betul puas."
Buaya yang bodoh itu sangat percaya bahwa si monyet berkata benar. Sikap dan kata-kata si monyet meyakinkan. Disamping itu dia merasa lega. Karena tidak harus membunuh sahabatnya untuk mendapatkan hati itu. Segeralah mereka kembali ke tempat semula. Setelah tiba, dengan cepat si monyet melompat dari punggung si buaya dan memanjat ke pohon mangga. Si buaya diam sejenak langsung bertanya "kawan di lobang yang mana kamu simpan hatimu? Tunjukkanlah padaku!" "Kamu bukan saja penghianat tetapi juga bodoh. Bagaimana mungkin ada makhluk mempunyai dua hati. Kamu sungguh-sungguh dungu", bentak si monyet dengan marahnya. Si buaya menyadari akan kebodohannya. Namun dia mencoba untuk membujuknya kembal "hei kawan aku hanya bergurau. Mana mungkin aku sungguh-sungguh berusaha ingin membunuhmu. Kamu begitu baik padaku. Sesekali tidak ada jeleknya kita bergurau dan tertawa", bujuk si buaya. "Tidak aku tidak mau berteman dengan kamu lagi. Aku sudah kehabisan ketawa. Kamu tidak melucu lagi. Pergilah penghianat!" Kata si monyet.
"Turunlah kawan jangan sampai masalah sepele ini meretakkan persahabatan kita. Marilah melompat ke punggungku. Aku akan mengantarkanmu menemui istriku, yang sejak lama merindukanmu", desak si buaya. " jika kamu mengira bahwa aku bisa kembali percaya padamu, tentu aku tidak lagi bernama si monyet yang cerdik. Pulanglah penghianat. Aku benci melihat mukamu lagi!", jawab si monyet sambil melompat ke dahan kayu yang lebih tinggi.
Berdasarkan cerita diatas, ini merupakan contoh dari cerita yang mengandung unsur keagaman yaitu tentang pembagian dari Catur Paramitha, yaitu Maitri yang artinya persahabatan. Dari cerita itu kita dapat memetik sebuah amanat, jangan lah kita mengabaikan kebaikan seseorang dengan kemauan yang kita kehendaki apalagi sampai berusaha membunuhnya, karena sebenarnya menjaga hubungan yang baik dengan teman itu haruslah saling percaya dan saling menolong satu sama lain.
0 Response to "Contoh Cerita Keagamaan"
Post a Comment