Pengertian dan Pembagian Catur Paramita
Saturday, January 4, 2020
1 Comment
Pengertian dan Pembagian Catur Paramita
Menurut ajaran agama Hindu, kita lahir kedunia sebagai
manusia merupakan suatu keuntungan yang sangat besar. Sebab diantara
makhluk-makhluk ciptaaNya hanya manusialah yang dikaruniai akal dan pikiran. Kedua
hal tersebut dapat dipergunakan untuk berfikir dan untuk memperbaiki kehidupan
kita. Berfikir dan untuk memperbaiki kehidupan kita. Berfikir untuk memilih hal
yang baik, yang harus kita kerjakan demi kenagaian hidup kita. Kita ingin hidup
senang, aman dan bahagia.
Akan tetapi, kita juga harus menyadari bahwa kehidupan kita
didunia ini mempunyai tugas-tugas serta kewajiban-kewajiban yang harus kita
kerjakan. Manusia berbudi luhur tidak bisa hidup tanpa teman dan harus bermasyarakat
saling memerlukan pertolongan, meyayangi ikut merasakan penderitaan atau
kebahagiaan orang lain. Itulah sebabnya manusia disebut makhluk bermoral dan makhluk
tertinggi budi pekertinya. Cita-cita manusia adalah mencapai kehidupan yang
sempurna. Bagaimanakah caranya agar kita bisa mencapainya? Ajaran agama Hindu ada 4(empat) cara untuk bisa
mencapai kehidupan yang sempurna, yang disebut dengan Catur Paramita. Catur Paramita
terdiri atas dua kata yaitu Catur dan Paramita.
Catur artinya 4 (empat),
Paramitha artinya perbuatan yang luhur. Jadi Catur Paramitha adalah empat
perbuatan luhur manusia untuk mencapai kehidupan yang sempurna.
Adapun yang dimaksud dengan Catur Paramita yaitu :
- Maitri
- Karuna
- Mudita
- Upeksa
1. Maitri (Persahabatan)
Maitri berasal dari kata Mitra yang artinya kawan, sahabat,
atau teman. Jadi Maitri adalah sifat-sifat yang menghendaki persahabatan
terhadap semua makhluk, terutama terhadap sesama manusia. Sifat Maitri
menjauhkan adanya permusuhan, kebencian, dan rasa dendam, yang akan mengganggu
ketenangan hidup kita. Sifat maitri harus dapat kita wujudkan dalam kehidupan
sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat.
Contoh-contoh perbuatan berdasarkan sifat Maitri :
- Membantu tetangga bila diperlukan.
- Membantu teman bila sedang terkena bencana alam.
- Melaksanakan tugas sekolah dengan teman-teman.
- Menengok teman yang sedang dalam keadaan sakit di rumah sakit atau dirumahnya.
- Rela membantu bapak dan ibu guru apabila diperlukan bantuannya.
Contoh-contoh perbuatan diatas kita laksanakan tanpa mengharapkan
imbalan atau pamrih. Suatu saat hidup selalu berubah-ubah kadang senang dan
kadang susah. Dalam kehidupan seperti inilah manusia memerlukan pertolongan,
lebih-lebih lagi tetangga dekat. Rasa persahabatan akan semakin erat apabila
sifat maitri ini kita bina bersama dengan rasa kerukunan dan kedamaian di
masyarakat.
2. Karuna (Belas kasih)
Karuna berarti cinta kasih. Karuna mengandung pengertian
sifat atau pengertian sifat atau perasaan belas kasihan kepada semua makhluk
yang menderita. Belas kasihan dalam arti suka menolong dan rela berkorban demi
kebahagiaan orang lain. Sifat Karuna selalu merasakan penderitaan orang lain
seperti penderitaan diri sendiri.
Contoh-contoh perbuatan berdasarkan sifat Karuna :
- Menyirami tanaman-tanaman supaya hidup dengan subur.
- Memberi makanan pada binatang yang dipelihara supaya tumbuh sehat.
- Memberikan sedekah kepada pengemis.
- Membantu pekerjaan orang tua dirumah.
- Membantu orang tua yang sedang menyebrang jalan.
Orang-orang yang mempunyai sifat karuna tidak akan
segan-segan menlong orang yang sedang kesusahan. Orang yang mempunyai sifat
karuna suka mengampuni dan memberi maaf. Bila sifat karuna betul-betul kita
laksanakan, kita akan merasakan menfaat dan pahalanya kelak, dimanapun kita
berada kita akan akan merasa aman. Bantuan dan pertolongan tidak akan sia-sia,
sebab Tuhan maha tau. Segala apa yang sedang kita perbuat maupun apa yang kita
perbuat. Segala pahala kesenangan ataupun kedudukan sebenarnya merupakan hasil
dari perbuatan kita sendiri.
3. Mudhita (Simpati)
Mudhita berarti sifat ikut merasakan (toleransi) terhadap
kebahagiaan ataupun kesusahan orang lain. Sifat Mudhita adalah sifat senang,
gembira, puas, simpati, dan tidak pernah dikotori oleh perasaan iri hati,
dengki apabila melihat keberhasilan orang lain. Demikian juga apabila ada
seseorang mengalami kesusahan atau penderitaan itu. Sifat muditha ini harus
kita pupuk dalam diri kita dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sesame makhluk
hidup. Ingat bahwa kita tidak bisa hidup sendiri. Dalam kehidupan bermasyarakat
selalu memerlukan orang lain. Untuk itulah kita harus bisa menanamkan rasa
simapati kepada sesama.
Contoh perbuatan yang bersifat Mudhita/simpati :
- Merasa sedih apabila orang tua sakit, dan kita membantu mengusahakan penyembuhannya.
- Memberikan ucapan selamat kepada teman yang berhasil sebagai pemenang perlombaan atau juara kelas.
- Bila ada teman yang sakit kita akan menjenguk dan mendoakan agar cepat sembuh.
Itulah beberapa contoh perbuatan dari sifat Mudhita dan
masih banyak lagi yang harus dilakukan oleh kita semua dalam kehidupan di sekolah,
di rumah, di lingkungan masyarakat, dengan membiasakan sifat Mudhita atau
simpati orang akan menjadi baik berbudi dan banyak mempunyai teman.
4. Upeksa (Suka mengampuni)
Upeksa berarti suka mengampuni kesalahan orang lain yang
pernah dilakukan terhadap kita. Supaya kita bersifat upeksa, maka kita harus
menjauhkan diri dari sifat iri hati, dengki, atau dendam kepada orang lain. Kita
jangan suka mencampuri urusan orang lain yang mengakibatkan orang lain menjdi
menderita atau susah. Orang yang suka mencari kesalahan orang lain akan dijauhi
oleh teman-temannya. Menganggap dirinya paling baik, paling benar, hal ini
bertentangan dengan sifat upeksa. Ada pribahasa mengatakan, “Kuman diseberang
lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak Nampak”, artinya kesalahan orang lain
walau sekecil apapun tampak, tetapi kesalahan sendiri sebesar apa pun tidak
kelihatan/ tak diketahui. Sifat-sifat demikian ini sangat tidak baik bagi kita
yang ingin mengamalkan ajaran agama Hindu.
Agar kita menjadi upeksa, hendaknya dihindari kebiasaan
ngobrol yang tidak bermanfaat. Sebab biasanya kalua lagi kumpu;-kumpu dengan teman tidak ada pekerjaan yang baik,
maka biasanya selalu membicarakan kejelekan orang lain. Berprasangka buruk,
berkata-kata yang kasar menyakitkan hati orang lain adalah bertentangan dengan
ajaran upeksa. Untuk itulah harus dijaga keseimbangan antara pikiran, ucapan,
dan perbuatan yang sesuai dengan dharma sehingga orang lain menjadi senang dan
kita pun ikut menjadi senang.
Demikian materi yang dapat saya paparkan, semoga para pembaca menjadi lebih mengetahui tentang ajaran agama Hindu. Jika ada hal-hal yang belum dimengerti atau yang ingin ditanyakan silahkan tanyakan pada kolom komentar. Terima kasih........Pleaseee Subscribe ya guys :)
Makasi materi ya kak
ReplyDelete