Pengertian dan Pembagian Catur Paramita


Pengertian dan Pembagian Catur Paramita

Menurut ajaran agama Hindu, kita lahir kedunia sebagai manusia merupakan suatu keuntungan yang sangat besar. Sebab diantara makhluk-makhluk ciptaaNya hanya manusialah yang dikaruniai akal dan pikiran. Kedua hal tersebut dapat dipergunakan untuk berfikir dan untuk memperbaiki kehidupan kita. Berfikir dan untuk memperbaiki kehidupan kita. Berfikir untuk memilih hal yang baik, yang harus kita kerjakan demi kenagaian hidup kita. Kita ingin hidup senang, aman dan bahagia.

Akan tetapi, kita juga harus menyadari bahwa kehidupan kita didunia ini mempunyai tugas-tugas serta kewajiban-kewajiban yang harus kita kerjakan. Manusia berbudi luhur tidak bisa hidup tanpa teman dan harus bermasyarakat saling memerlukan pertolongan, meyayangi ikut merasakan penderitaan atau kebahagiaan orang lain. Itulah sebabnya manusia disebut makhluk bermoral dan makhluk tertinggi budi pekertinya. Cita-cita manusia adalah mencapai kehidupan yang sempurna. Bagaimanakah caranya agar kita bisa mencapainya? Ajaran agama Hindu ada 4(empat) cara untuk bisa mencapai kehidupan yang sempurna, yang disebut dengan Catur Paramita. Catur Paramita terdiri atas dua kata yaitu Catur dan Paramita. 

Catur artinya 4 (empat), Paramitha artinya perbuatan yang luhur. Jadi Catur Paramitha adalah empat perbuatan luhur manusia untuk mencapai kehidupan yang sempurna.
Adapun yang dimaksud dengan Catur Paramita yaitu :
  1.  Maitri
  2. Karuna
  3. Mudita
  4. Upeksa


1.    Maitri (Persahabatan)

Maitri berasal dari kata Mitra yang artinya kawan, sahabat, atau teman. Jadi Maitri adalah sifat-sifat yang menghendaki persahabatan terhadap semua makhluk, terutama terhadap sesama manusia. Sifat Maitri menjauhkan adanya permusuhan, kebencian, dan rasa dendam, yang akan mengganggu ketenangan hidup kita. Sifat maitri harus dapat kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat.

Contoh-contoh perbuatan berdasarkan sifat Maitri :
  1. Membantu tetangga bila diperlukan.
  2. Membantu teman bila sedang terkena bencana alam.
  3. Melaksanakan tugas sekolah dengan teman-teman.
  4. Menengok teman yang sedang dalam keadaan sakit di rumah sakit atau dirumahnya.
  5. Rela membantu bapak dan ibu guru apabila diperlukan bantuannya.

Contoh-contoh perbuatan diatas kita laksanakan tanpa mengharapkan imbalan atau pamrih. Suatu saat hidup selalu berubah-ubah kadang senang dan kadang susah. Dalam kehidupan seperti inilah manusia memerlukan pertolongan, lebih-lebih lagi tetangga dekat. Rasa persahabatan akan semakin erat apabila sifat maitri ini kita bina bersama dengan rasa kerukunan dan kedamaian di masyarakat.

2.  Karuna (Belas kasih)

Karuna berarti cinta kasih. Karuna mengandung pengertian sifat atau pengertian sifat atau perasaan belas kasihan kepada semua makhluk yang menderita. Belas kasihan dalam arti suka menolong dan rela berkorban demi kebahagiaan orang lain. Sifat Karuna selalu merasakan penderitaan orang lain seperti penderitaan diri sendiri.

Contoh-contoh perbuatan berdasarkan sifat Karuna :
  1.  Menyirami tanaman-tanaman supaya hidup dengan subur.
  2. Memberi makanan pada binatang yang dipelihara supaya tumbuh sehat.
  3. Memberikan sedekah kepada pengemis.
  4. Membantu pekerjaan orang tua dirumah.
  5. Membantu orang tua yang sedang menyebrang jalan.

Orang-orang yang mempunyai sifat karuna tidak akan segan-segan menlong orang yang sedang kesusahan. Orang yang mempunyai sifat karuna suka mengampuni dan memberi maaf. Bila sifat karuna betul-betul kita laksanakan, kita akan merasakan menfaat dan pahalanya kelak, dimanapun kita berada kita akan akan merasa aman. Bantuan dan pertolongan tidak akan sia-sia, sebab Tuhan maha tau. Segala apa yang sedang kita perbuat maupun apa yang kita perbuat. Segala pahala kesenangan ataupun kedudukan sebenarnya merupakan hasil dari perbuatan kita sendiri.

3.  Mudhita (Simpati)

Mudhita berarti sifat ikut merasakan (toleransi) terhadap kebahagiaan ataupun kesusahan orang lain. Sifat Mudhita adalah sifat senang, gembira, puas, simpati, dan tidak pernah dikotori oleh perasaan iri hati, dengki apabila melihat keberhasilan orang lain. Demikian juga apabila ada seseorang mengalami kesusahan atau penderitaan itu. Sifat muditha ini harus kita pupuk dalam diri kita dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sesame makhluk hidup. Ingat bahwa kita tidak bisa hidup sendiri. Dalam kehidupan bermasyarakat selalu memerlukan orang lain. Untuk itulah kita harus bisa menanamkan rasa simapati kepada sesama.

Contoh perbuatan yang bersifat Mudhita/simpati :
  1. Merasa sedih apabila orang tua sakit, dan kita membantu mengusahakan penyembuhannya.
  2. Memberikan ucapan selamat kepada teman yang berhasil sebagai pemenang perlombaan atau juara kelas.
  3. Bila ada teman yang sakit kita akan menjenguk dan mendoakan agar cepat sembuh.

Itulah beberapa contoh perbuatan dari sifat Mudhita dan masih banyak lagi yang harus dilakukan oleh kita semua dalam kehidupan di sekolah, di rumah, di lingkungan masyarakat, dengan membiasakan sifat Mudhita atau simpati orang akan menjadi baik berbudi dan banyak mempunyai teman.

4.  Upeksa (Suka mengampuni)

Upeksa berarti suka mengampuni kesalahan orang lain yang pernah dilakukan terhadap kita. Supaya kita bersifat upeksa, maka kita harus menjauhkan diri dari sifat iri hati, dengki, atau dendam kepada orang lain. Kita jangan suka mencampuri urusan orang lain yang mengakibatkan orang lain menjdi menderita atau susah. Orang yang suka mencari kesalahan orang lain akan dijauhi oleh teman-temannya. Menganggap dirinya paling baik, paling benar, hal ini bertentangan dengan sifat upeksa. Ada pribahasa mengatakan, “Kuman diseberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak Nampak”, artinya kesalahan orang lain walau sekecil apapun tampak, tetapi kesalahan sendiri sebesar apa pun tidak kelihatan/ tak diketahui. Sifat-sifat demikian ini sangat tidak baik bagi kita yang ingin mengamalkan ajaran agama Hindu.

Agar kita menjadi upeksa, hendaknya dihindari kebiasaan ngobrol yang tidak bermanfaat. Sebab biasanya kalua lagi kumpu;-kumpu  dengan teman tidak ada pekerjaan yang baik, maka biasanya selalu membicarakan kejelekan orang lain. Berprasangka buruk, berkata-kata yang kasar menyakitkan hati orang lain adalah bertentangan dengan ajaran upeksa. Untuk itulah harus dijaga keseimbangan antara pikiran, ucapan, dan perbuatan yang sesuai dengan dharma sehingga orang lain menjadi senang dan kita pun ikut menjadi senang.  

Demikian materi yang dapat saya paparkan, semoga para pembaca menjadi lebih mengetahui tentang ajaran agama Hindu. Jika ada hal-hal yang belum dimengerti atau yang ingin ditanyakan silahkan tanyakan pada kolom komentar. Terima kasih........Pleaseee Subscribe ya guys   :) 






1 Response to "Pengertian dan Pembagian Catur Paramita"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel