Contoh Cerita Agama Hindu


TUHAN ADA DIAMANA-MANA


Pada suatu hari tampaklah seseorang Sanyasin yang mengenakan jubah kuning, masuk sebuah desa yang penuh dengan orang-orang yang tidak percaya denngan Tuhan. Ia menjumpai sekelompok anak muda, mereka menantang Sanyasin itu agar membuktikan bahwa Tuhan yang dipujinya benar-benar ada. Sanyasin itu berkata bahwa ia sanggup membuktikan, asal saja sebelum dia melakukannya, ia diberikan secangkir susu. Anak-anak muda itu heran karena susu itu tidak diminumnya, tetapi Sanyasin itu duduk memandangnya, lama dan diam, seolah-olah ingin mencari sesuatu didalam susu itu. Anak-anak muda mulai kehilangan kesabaran. Mereka menyangka bahwa Sanyasin itu menunda-nunda waktu. Mereka menjadi semakin rebut dan meminta agar Sanyasin itu agar segera membuktikannya. Sanyasin itu lalu berkata kepada mereka : 

“Tunggu senbentar anak muda aku pernah diberitahu, katanya didalam susu ini ada mentega, tetapi kini aku terpaksa membantahnya, karena aku sama sekali tidak melihat mentega itu, walaupun aku sudah bersungguh-sungguh memandanginya”. Anak-anak muda itu mentertawakan kebodohan Sanyasin itu dan berkata-kata: “Goblok, sudah tua begini masih saja tidak tahu apa-apa. Jangan membuat kesimpulan yang sedemikian. Ketahuilah bahwa dalam setiap tetes susu terkandung mentega, itulah yang menyebabkan susu itu amat berguna bagi badan. Jika anda mau melihatnya dalam bentuk mata coba campurlah susu itu dengan susu asam dan tunggu sampai beberapa jam. Setelah tampak beku, kemudian kocoklah, makaakan tampak butiran-butiran mentega yang mengapung,” kata anak muda itu dengan bangga atas pengetahuan yang ia miliki. “Ah”, kata Sanyasin itu, “dengan demikian tugasku untuk membuktikan Tuhan pada anda menjadi lebih mudah! Tuhan ada diamana-mana , ada disetiap makhluk, didalam setiap atom jagad raya ini. 

Karena Tuhan ada maka segala ciptaan ini ada dan  kita dapat melihat, mengetahui serta merasakan semua itu. Bila inngin melihat-Nya sebagai wujud yang nyata anda harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah ditentukan oleh agama, seperti halnya kamu ingin mendapatkan mentega yang didapat dari susu itu, setelah mengaduk dan memasaknya dengan susah payah ternayata mentega itu terdapat didalam setiap sebutir susu. Demikian pula keberadaan Tuhan akan bisa dirasakan setelah mempelajari dengan tekun isi ajaran agama. Maka pada akhirnya kamu dapat merasakan bahwa Tuhan itu memang betul-betul ada didalam seluruh benda, binatang maupun didalam diri manusia, karena Tuhan ada di mana-mana”. Setelah mendengar penjelasan berupa contoh mentega itu, barulah anak muda itu percaya bahwa Tuhan memang betul ada walaupun tidak bisa dilihat. Walaupun demikian salah seorang dari pemuda itu agar meminta contoh yang lain kepada Sanyasin itu. Sanyasin itu lalu memberi contoh lagi : 

“Pada zaman dahulu hiduplah seorang Sanyasin yang sangat terpelajar, yang bernama Undaka. Ia mempunyai anak bernama Dharma. Dharma ingin mendapatkan pendidikan agama dibawah bimbingan ayahnya sendiri, tetapi ayahnya menolak mengajar putranya. Alasanya karena adanya kesulitan didalam menerapkan disiplin yang ketat sebagaimana layaknya disiplin seorang murid pada gurunya. Pada umunya seorang anak cenderung bersikap bebas dan manja terhadap ayahnya. Sikap yang demikian itu terjadi karena ada ikatan kasih saying antara ayah dengan anak, dimana ada keterikatan, perasaan memiliki, maka disana akan ada kelemahan sehingga orang tidak mungkin memberikan pembelajaran yang sempurna, apalagi dengan disiplin yang ketat. Undaka mengerti dan menyadari keadaan yang sedemikian sebab itu dia menolak mengajari putranya. Maka dikirimlah Dharma keguru yang lain dengan harapan agar putranya diajar dan diberi pendidikan yang baik. Dharma yang masih muda dan belum berpengalaman tidak mudah mengetahui apa yang menjadi pertimbangan ayahnya. Dia salah tanggap terhadap sikap ayahnya yang mengira bahwa ayahnya kurang pandai sehingga tidak mau mengajarinya. Demikianlah setelah beberapa tahun Dharma tinggal dirumah gurunya dan akhirnya dia bisa menyelesaikan pembelajarannya. Kemudian Dharma kembali pulang kerumah orang tuanya. Dirumah orang tuanya Dharma berlagak seperti paling tahu dan merasa pendidikannya sudah tinggi dan melebihi pengetahuan ayahnya. Mengetahui hal ini sang ayah bertanya kepada putranya : 

“Apakah yang telah kamu pelajari anakku? Apakah engkau telah belajar tentang Tuhan? Jika sudah mempelajarinya, ia tidak perlu belajar apa-apa lagi karena sudah mengetahui semuanya”. Demianlah pertanyaan ayahnya. Sementara ayahnya mengajukan pertanyaan ini, Dharma bertingkah seperti cara orang yang paling tahu. Ia memperlihatkan sikap angkuh dan sombong, seolah-olah ia jauh lebih terdidik dan terpelajar dari ayahnya, dan menyangka ayahnya sama sekali tidak akan mengerti jika ia menceritakan apa yang telah dipelajarinya selama bertahun-tahun pada gurunya. Sebaliknya ayahnya dapat mengerti keadaan anaknya yang belum matang dan suka belagak itu. 

Dharma dengan sombong menjelaskan bahwa Tuhan adalah seperti itu, Tuhan itu dan seterusnya. Undaka ingin menjatuhkan kesombongan anaknya itu dengan memberikan pelajaran yang praktis dengan menggunakan contoh-contoh. Undaka memanggil anaknya untuk bersamanya. Kemudia Undaka mengambil sebuah tempayan berisi air. Ia juga mengambil segenggam gula, lalu diperlihatkannya kepada putranya. Setelah itu lalu gula dimasukkannya kedalam air didalam tempayan itu kemudian diaduknya gula sehingga larut semuannya, setelah itu dia memandang putanya dan berkata : “Ayah telah mengambil gula dan gula itu telah engkau lihat sendiri. Gula itu telah aku masukkan kedalam tempayan. Dapatkah engkau mengatakan dimana gula yang ada didalam tempayan ini sekarang?”

Dharma melihat kedalam tempayan itu  dan tentu saja tidak dapat menemukan gula didalamnya. Sang ayah mengambil beberapa tetes air dari dasar tempayan itu dan ditaruhnya dilidah putranya, lalu bertanya : “Bagaimana rasanya?”

“Manis ayah”, jawab Dharma. “Coba cicipi bagian air yang disebelah atas dan yang bagian pinggir dari tempayan itu!” kata ayahnnya. “Semuanya manis ayah”, jawab Dharma.  “Dharma sependapat bahwa sekarang gula itu ada dalam setiap tetes air didalam tempayan itu dan bahwa dalam seluruh tempayan itu ada gulanya”.

Kemudian ayahnya menerangkan : “Tepat seperti apa yang kamu lihat sekarang bahwa gula ini ada dimana-mana, demikian pula Brahman mengambil wujud Saguna atau dia yang memiliki sifat-sifat ke Maha adaan ada didalam setiap makhluk , dalam setiap benda yang kau lihat disekitarmu, bahkan diseluruh alam semesta. Engkau tidak mungkin meilhatnya dengan mata, tidak mungkin memegangnya dengan tangan, tetapi hanya mungkin mengenalinya dengan menghayati kehadiran-Nya. Engkau tidak lagi dapat mengenal-Nya dengan panca indramu selain dari pada menghayati Brahman yang Maha Ada hadir dimana-mana. Hanya setelah mencapai pengalaman yang berharga ini engkau baru bisa berbicara bahwa Tuhan hanya satu, maha ada, ada dimana-mana, semua alam semesta ini dengan segala isinya ada didalam Tuhan. Bagi orang yang sudah memperoleh pengalaman tersebut, maka orang yang demikian itu berhak dan berwenang untuk berbicara tentang Tuhan yang maha ada. Pengetahuan yang engkau peroleh dari buku saja, mengoceh seperti burung beo tentang Tuhan dari ke Maha adaan-Nya, dan berlagak seperti engaku telah mengetahui semuanya, adalah sikap yang keliru”.

Demikianlah kata Undaka kepada putranya Dharma, dan Dharma mendengarkannya dengan tersipu-sipu karena tidak menyangka bahwa ayahnya adalah seorang yang berpengetahuan tinggi di bidang agama.

2 Responses to "Contoh Cerita Agama Hindu"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel