Contoh Cerita Agama Hindu
Saturday, January 11, 2020
2 Comments
TUHAN ADA DIAMANA-MANA
Pada suatu hari tampaklah seseorang Sanyasin yang mengenakan
jubah kuning, masuk sebuah desa yang penuh dengan orang-orang yang tidak
percaya denngan Tuhan. Ia menjumpai sekelompok anak muda, mereka menantang
Sanyasin itu agar membuktikan bahwa Tuhan yang dipujinya benar-benar ada.
Sanyasin itu berkata bahwa ia sanggup membuktikan, asal saja sebelum dia
melakukannya, ia diberikan secangkir susu. Anak-anak muda itu heran karena susu
itu tidak diminumnya, tetapi Sanyasin itu duduk memandangnya, lama dan diam,
seolah-olah ingin mencari sesuatu didalam susu itu. Anak-anak muda mulai
kehilangan kesabaran. Mereka menyangka bahwa Sanyasin itu menunda-nunda waktu.
Mereka menjadi semakin rebut dan meminta agar Sanyasin itu agar segera membuktikannya.
Sanyasin itu lalu berkata kepada mereka :
“Tunggu senbentar anak muda aku
pernah diberitahu, katanya didalam susu ini ada mentega, tetapi kini aku
terpaksa membantahnya, karena aku sama sekali tidak melihat mentega itu,
walaupun aku sudah bersungguh-sungguh memandanginya”. Anak-anak muda itu
mentertawakan kebodohan Sanyasin itu dan berkata-kata: “Goblok, sudah tua
begini masih saja tidak tahu apa-apa. Jangan membuat kesimpulan yang
sedemikian. Ketahuilah bahwa dalam setiap tetes susu terkandung mentega, itulah
yang menyebabkan susu itu amat berguna bagi badan. Jika anda mau melihatnya
dalam bentuk mata coba campurlah susu itu dengan susu asam dan tunggu sampai
beberapa jam. Setelah tampak beku, kemudian kocoklah, makaakan tampak butiran-butiran
mentega yang mengapung,” kata anak muda itu dengan bangga atas pengetahuan yang
ia miliki. “Ah”, kata Sanyasin itu, “dengan demikian tugasku untuk membuktikan
Tuhan pada anda menjadi lebih mudah! Tuhan ada diamana-mana , ada disetiap
makhluk, didalam setiap atom jagad raya ini.
Karena Tuhan ada maka segala
ciptaan ini ada dan kita dapat melihat,
mengetahui serta merasakan semua itu. Bila inngin melihat-Nya sebagai wujud
yang nyata anda harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah ditentukan oleh
agama, seperti halnya kamu ingin mendapatkan mentega yang didapat dari susu
itu, setelah mengaduk dan memasaknya dengan susah payah ternayata mentega itu
terdapat didalam setiap sebutir susu. Demikian pula keberadaan Tuhan akan bisa
dirasakan setelah mempelajari dengan tekun isi ajaran agama. Maka pada akhirnya
kamu dapat merasakan bahwa Tuhan itu memang betul-betul ada didalam seluruh
benda, binatang maupun didalam diri manusia, karena Tuhan ada di mana-mana”. Setelah
mendengar penjelasan berupa contoh mentega itu, barulah anak muda itu percaya
bahwa Tuhan memang betul ada walaupun tidak bisa dilihat. Walaupun demikian
salah seorang dari pemuda itu agar meminta contoh yang lain kepada Sanyasin
itu. Sanyasin itu lalu memberi contoh lagi :
“Pada zaman dahulu hiduplah
seorang Sanyasin yang sangat terpelajar, yang bernama Undaka. Ia mempunyai anak
bernama Dharma. Dharma ingin mendapatkan pendidikan agama dibawah bimbingan
ayahnya sendiri, tetapi ayahnya menolak mengajar putranya. Alasanya karena
adanya kesulitan didalam menerapkan disiplin yang ketat sebagaimana layaknya
disiplin seorang murid pada gurunya. Pada umunya seorang anak cenderung
bersikap bebas dan manja terhadap ayahnya. Sikap yang demikian itu terjadi
karena ada ikatan kasih saying antara ayah dengan anak, dimana ada keterikatan,
perasaan memiliki, maka disana akan ada kelemahan sehingga orang tidak mungkin memberikan
pembelajaran yang sempurna, apalagi dengan disiplin yang ketat. Undaka mengerti
dan menyadari keadaan yang sedemikian sebab itu dia menolak mengajari putranya.
Maka dikirimlah Dharma keguru yang lain dengan harapan agar putranya diajar dan
diberi pendidikan yang baik. Dharma yang masih muda dan belum berpengalaman
tidak mudah mengetahui apa yang menjadi pertimbangan ayahnya. Dia salah tanggap
terhadap sikap ayahnya yang mengira bahwa ayahnya kurang pandai sehingga tidak
mau mengajarinya. Demikianlah setelah beberapa tahun Dharma tinggal dirumah
gurunya dan akhirnya dia bisa menyelesaikan pembelajarannya. Kemudian Dharma
kembali pulang kerumah orang tuanya. Dirumah orang tuanya Dharma berlagak
seperti paling tahu dan merasa pendidikannya sudah tinggi dan melebihi pengetahuan
ayahnya. Mengetahui hal ini sang ayah bertanya kepada putranya :
“Apakah yang
telah kamu pelajari anakku? Apakah engkau telah belajar tentang Tuhan? Jika sudah
mempelajarinya, ia tidak perlu belajar apa-apa lagi karena sudah mengetahui
semuanya”. Demianlah pertanyaan ayahnya. Sementara ayahnya mengajukan
pertanyaan ini, Dharma bertingkah seperti cara orang yang paling tahu. Ia memperlihatkan
sikap angkuh dan sombong, seolah-olah ia jauh lebih terdidik dan terpelajar
dari ayahnya, dan menyangka ayahnya sama sekali tidak akan mengerti jika ia
menceritakan apa yang telah dipelajarinya selama bertahun-tahun pada gurunya. Sebaliknya
ayahnya dapat mengerti keadaan anaknya yang belum matang dan suka belagak itu.
Dharma dengan sombong menjelaskan bahwa Tuhan adalah seperti itu, Tuhan itu dan
seterusnya. Undaka ingin menjatuhkan kesombongan anaknya itu dengan memberikan
pelajaran yang praktis dengan menggunakan contoh-contoh. Undaka memanggil
anaknya untuk bersamanya. Kemudia Undaka mengambil sebuah tempayan berisi air. Ia
juga mengambil segenggam gula, lalu diperlihatkannya kepada putranya. Setelah itu
lalu gula dimasukkannya kedalam air didalam tempayan itu kemudian diaduknya
gula sehingga larut semuannya, setelah itu dia memandang putanya dan berkata : “Ayah
telah mengambil gula dan gula itu telah engkau lihat sendiri. Gula itu telah aku
masukkan kedalam tempayan. Dapatkah engkau mengatakan dimana gula yang ada
didalam tempayan ini sekarang?”
Dharma melihat kedalam tempayan itu dan tentu saja tidak dapat menemukan gula
didalamnya. Sang ayah mengambil beberapa tetes air dari dasar tempayan itu dan
ditaruhnya dilidah putranya, lalu bertanya : “Bagaimana rasanya?”
“Manis ayah”, jawab Dharma. “Coba cicipi bagian air yang
disebelah atas dan yang bagian pinggir dari tempayan itu!” kata ayahnnya. “Semuanya
manis ayah”, jawab Dharma. “Dharma
sependapat bahwa sekarang gula itu ada dalam setiap tetes air didalam tempayan
itu dan bahwa dalam seluruh tempayan itu ada gulanya”.
Kemudian ayahnya menerangkan : “Tepat seperti apa yang kamu
lihat sekarang bahwa gula ini ada dimana-mana, demikian pula Brahman mengambil
wujud Saguna atau dia yang memiliki
sifat-sifat ke Maha adaan ada didalam setiap makhluk , dalam setiap benda yang
kau lihat disekitarmu, bahkan diseluruh alam semesta. Engkau tidak mungkin
meilhatnya dengan mata, tidak mungkin memegangnya dengan tangan, tetapi hanya
mungkin mengenalinya dengan menghayati kehadiran-Nya. Engkau tidak lagi dapat
mengenal-Nya dengan panca indramu selain dari pada menghayati Brahman yang Maha
Ada hadir dimana-mana. Hanya setelah mencapai pengalaman yang berharga ini
engkau baru bisa berbicara bahwa Tuhan hanya satu, maha ada, ada dimana-mana,
semua alam semesta ini dengan segala isinya ada didalam Tuhan. Bagi orang yang
sudah memperoleh pengalaman tersebut, maka orang yang demikian itu berhak dan
berwenang untuk berbicara tentang Tuhan yang maha ada. Pengetahuan yang engkau
peroleh dari buku saja, mengoceh seperti burung beo tentang Tuhan dari ke Maha
adaan-Nya, dan berlagak seperti engaku telah mengetahui semuanya, adalah sikap
yang keliru”.
Demikianlah kata Undaka kepada putranya Dharma, dan Dharma
mendengarkannya dengan tersipu-sipu karena tidak menyangka bahwa ayahnya adalah
seorang yang berpengetahuan tinggi di bidang agama.
Keren ceritanya kak, makasi
ReplyDeleteKeren kak ceritanya
ReplyDelete