Cerita Agama Hindu

Sri Krisna dan Maharsi Uttangka

Pada suatu hari Dewa Indra berkunjung ke Dwaraka menemui Sri Krishna. Mereka berbincang-bincang tentang perang Barathayuda yang dimenangkan oleh Pandawa. Tiba-tiba Dewa Indra menegur Sri Krihna : "Apa yang terjadi wahai Krisna, mengapa anda tampaknya seperti memikirkan sesuatu?" Sri Krisna minta maaf lalu menjawab; "Oh Dewa Indra, memang benar pikiran saya tidak disini. Saya melihat Mahrsi Utanggka sedang memanggil saya. Dia sedang bermeditasi menunggu kedatangan saya". 

"Ada apa dengan Maha rsi Utangka itu, apakah dia dalam bahaya?" Tanya Dewa Indra. "Beberapa hari yang lalu ketika saya kembali dari Indraprasta, setelah perang Bharatayudha berakhir saya melewati padang pasir yang sangat luas. Saya melihat maharsi Utanggka sedang bermeditasi, memusatkan pikiran memuja Narayana. Ketika saya temui, maharsi Utanggka memohon agar dia bisa melihat wujud saya sebagai Viswarupa, seperti wujud yang saya pernah perlihatkan pada waktu saya menjadi utusan Pandawa ke Astina. Permohonannya itu saya kabulkan. Diapun merasa puas melihat perwujudan saya sebagai Viswarupa. Walaupun begitu, saya masih ingin memberikan dia suatu anugrah lagi, karena saya tertarik dengan beratanya yang sangat ketat. 

"Wahai Sri Krishna sebenarnya saya sudah puas melihat wujudMu yang maha hebat itu, tetapi karena engaku masih berkenan memberikan saya anugrah tambahan, maka anugrahilah saya mantram yang bisa mendatangkan air kapan saja saya kehendaki. Engakau maklum, dipadang pasir seperti ini sulit sekali mendapatkan air", demikian permohonan maharsi Utanggka. "Permohonan itu saya kabulkan dan pada saat ini dia sudah mengucapkan mantram itu. Saya bermaksud akan memberikan tirtha amerta kepadanya", kata Sri Krisna. "Jangan Krisna, jangan amerta, karna amerta hanya untuk para dewa. Siapapun yang meminumnya tidak akan mati-mati. 

Mengapa engkau tidak memberikan anugrah yang lain saja?" Kata dewa Indra. "Dia patut mendapatkannya berkat tapanya yang sangat keras", kata Sri Krisna. "Baiklah jika harus tirta amerta, biarlah saya yang menyampaikan kepadanya. Jika ia menolaknya, dia akan kehilangan kesempatan mendapatka amerta itu selamanya", kata Dwa Indra. "Baiklah saya setuju", kata Sri Krisna. Sri Krisna berpikir, "rencana apa yang dilakukan oleh Dewa Indra, karena Utangka bukan orang bodoh. Dia tahu membedakan amerta dengan air biasa." Sementara itu, Dewa Indra merubah wujud dirinya menjadi pemburu, berpakaiancompang camping dan kudisan diikuti oleh sejumlah anjing yang tidak henti hentinya menyalak. Di tanganya memegang sebuah mangkuk berisi amerta.

Pada saat itu, Maharsi Utangka mendengar ada langkah kaki mendekatinya. Didalam hatinya dia mengira yang datang itu pasti Sri Krisna membawa air. Setelah ia membuka matanya ternyata yang datangadalah Cendala, seorang pemburu "Maharsi saya tidak sampai hati melihat maharsi kehausan, ini saya bawakan air, silahkan lah minum." Kata pemburu itu. Maharsi angka terperanjat, sambil menghindari menjauhi pemburu itu. Dalam hatinya ia beranggapan bila pemburu itu sampai menyentuh dirinya, maka kesucian dirinya akan berkurag karena seorang pemburu tergolong kasta yang paling rendah. "Kerongkonganku sudah kering karena kehausan ", bujuk pemburu itu. 

Maharsi Utanggka menjadi marah lalu berkata "Apa? Menerima air dari seorang cendala? Tidak, lebih baik mati kehausan dari pada menyentuh air yang telah tercemar dari tangan seorang Candala". Tiba-tiba pemburu itu lenyap dari hadapannya dan munculah Sri Krishna. "Oh Sri Krisna, sungguh tidak wajar engkau memberikan saya air melalui tangan seorang candala", kata maharsi Utanggka. "Itu bukan seorang candala. Dia adalah Dewa Indra yang menyamar menjadi seorang candala. Dia ingin mengujimu. Orang yang masih membedakan antara seorang Brahmana dengan seorang Candala, tidaklah patut menerima tirtha amertha", kata Sri Krisna. 

"Oh Tuhanku, ampunilah saya", kata Utanggka sambil bersimpuh memegang kaki Sri Krisna. "Kesalahanmu sangat besar, karena itu kamu tidak akan bisa mendapatkan tirtha amertha dalam kehidupanmu sekarang. Namun walaupun demikian saya tidak akan membatalkan anugrah saya kepadamu", kata Sri Krishna. "Bila mana kamu kehausan, jika kamu mengucapkan mantra yang saya berikan makan awan hujan akan datang menutupi padang pasir ini dan kamu akan mendapatkan air yang kamu inginkan. Awan hujan tiba-tiba muncul itu akan dikenal oleh orang-orang dengan nama awan "Utanggka", kata Sri Krishna. "Saya sangat berterima kasih atas anugerahmu wahai Sri Krishna", kata Utanggka. Sambil mencakupkan tangan bersamaan dengan itu awan gelap tiba-tiba menutupi angkasa, dan hujanpun turun membasahi padang pasir yang kering itu.

0 Response to "Cerita Agama Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel